Rabu, 09 Desember 2015

MASALAH KEPENDUDUKAN DAN SOLUSINYA

Negara Indonesia yang memiliki semua sumber daya alam maupun sumber daya manusia sepertinya belum muncul ke permukaan 100%, masih banyak yang belum tergali, sehingga Negara Indonesia terkesan lambat dalam proses pembangunannya. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, Negara Indonesia belum mampu menyejahterakan semua penduduknya. Berbagai dampak atas banyaknya penduduk yang belum sejahtera akan mengakibatkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan kependudukan. Adapun masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain :
1. Permasalahan Kuantitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kuantitas penduduk sebagai berikut :
a.      Jumlah Penduduk Indonesia
Besarnya sumber daya manusia Indonesia dapat di lihat dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah penduduk di Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
b.     Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Peningkatan penduduk dinamakan pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia Lebih kecil dibandingkan Laos, Brunei, dan Filipina.
c.      Kepadatan penduduk Indonesia
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni. Ukuran yang digunakan biasanya adalah jumlah penduduk setiap satu km2 atau setiap 1mil2. permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah persebarannya yang tidak merata. Kondisi demikian menimbulkan banyak permasalahan, misalnya pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, pemukiman kumuh dsb.
d.     Susunan penduduk Indonesia
Sejak sensesus penduduk tahun 1961, piramida penduduk Indonesia berbentuk limas atau ekspansif. Artinya pada periode tersebut, jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk usia tua. Susunan penduduk yang seperti itu memberikan konsekuensi terhadap hal-hal berikut :
–          Penyediaan fasilitas kesehatan.
–          Penyediaan fasilitas pendidikan bagi anak usia sekolah.
–          Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk kerja.
–          Penyediaan fasilitas social lainnya yang mendukung perkembangan penduduk usia muda.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1)     Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk,
Dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran,menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan.
2)     Pemerataan Persebaran Penduduk,
Dilakukan dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah migrasi penduduk dari desa kekota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan.
2. Permasalahan Kualitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap pembangunan adalah sebagai berikut :
a.      Masalah Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia.Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
  1. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
  2. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
  3. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah :
  1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
  2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1)      Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
2)      Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
3)      Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
4)      Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
5)      Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
6)      Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
7)      Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
b.     Masalah Kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
  1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
  2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
  3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
  4. Gizi yang rendah.
  5. Penyakit menular.
  6. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah :
  1. Terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia.
  2. Jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1)     Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
2)     Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
3)     Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
4)     Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
5)     Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan.
6)     Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.
c.      Masalah Tingkat Penghasilan/Pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan oleh:
  1. Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
  2. Jumlah penduduk banyak.
  3. Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
  1. Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
  2. Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
  3. Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap pembangunan adalah:
  1. Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang baik.
  2. Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan :
1)     Menekan laju pertumbuhan penduduk.
2)     Merangsang kemauan berwiraswasta.
3)     Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
4)     Memperluas kesempatan kerja.
5)     Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa

SUMBER https://sabangsampaimeraoke.wordpress.com/masalah-kependudukan-dan-solusinya/

perbandingan jumlah penduduk indonesia dengan negara lain

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih minim menjadi salah satu persoalan Indonesia. Pemerintah dinilai belum memberikan perhatian serius terhadap penelitian dan Iptek.
"Perkembangan Iptek di kita masih belum bisa disejajarkan dengan negara-negara lain. Sementara negara maju sudah membuktikan bahwa kemajuan mereka ditopang pengembangan Iptek," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain saat membuka seminar nasional ke-26 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Jakarta, Rabu (27/8/2015).
Menurut Iskandar, ada tiga indikator yang menunjukan posisi Indonesia dalam pengembangan Iptek. Jika dilihat dari jumlah peneliti per satu juta penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lainnya.
Iskandar lantas membandingkan jumlah peneliti Indonesia dengan India, Brasil, Rusia, Tiongkok, dan Korea. Saat ini, menurut dia, jumlah peneliti Indonesia hanya 90 peneliti per satu juta penduduk. (baca: Jokowi Janji Upayakan Kenaikan Anggaran untuk Penelitian)
Sementara itu, jumlah peneliti Brasil mencapai 700 orang per 1 juta penduduk. Rusia 3000 peneliti per 1 juta penduduk, India 160 peneliti per 1 juta penduduk, Korea 5.900 peneliti per 1 juta penduduk, dan Tiongkok 1020 peneliti per 1 juta penduduk.
"Kalau penduduk China 2 miliar orang, mereka memiliki 2 juta peneliti," sambung Iskandar.
Indikator lainnya adalah total belanja nasional untuk penelitian dan pengembangan terhadap rasio produk domestik bruto (PDB). Saat ini, total belanja nasional untuk kegiatan penelitian dan pengembangan Iptek baru 0,09 persen. Angka ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Malaysia, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Israel.
"Malaysia mendekati 2 persen, China di atas 2 persen, Amerika Serikat mendekati 3 persen, Israel itu 4 persen dari PDB-nya. Kita, 0,1 persen saja belum sampai," papar Iskandar.
Hal lain yang menjadi indikator rendahnya pengembangan Iptek di Indonesia adalah jumlah institusi riset. Menurut Iskandar, jumlah institusi riset di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari. Sementara itu, institusi riset di Amerika Serikat sudah mencapai 394, di Jerman lebih dari 180, dan di Jepang jumlahnya di atas 70.
"Dan di Indonesia, meskipun jumlahnya sedikit, sudah didebatkan tumpang tindihnya. Padahal tidak ada masalah bangsa yang hanya bisa diselesaikan satu institusi riset. Harusnya diselesaikan bersama-sama melalui kolaborasi," tutur dia.
Oleh karena itu, Iskandar berharap ada perubahan cara pandang dan kebijakan pemerintah yang bisa menjadi terobosan dalam pengembangan Iptek. Ia berharap sumber daya manusia unggul di universitas bisa dikerahkan lebih banyak untuk riset dan pengembangan Iptek.
Iskandar juga mengingatkan bahwa tantangan bangsa ke depan adalah bagaimana membangun kemampuan dan pengembangan Iptek yang bisa mendorong terwujudnya negara demokrasi berkeadilan sosial.

SUMBER http://nasional.kompas.com/read/2015/08/27/10335481/Ini.Perbandingan.Jumlah.Peneliti.Indonesia.dengan.Negara.Lain